Melihat, berpikir, menulis dan mempublikasikan kedalam satu wadah dan membaginya dalam beberapa label. Itulah Blogku yang sebagian besar berisi Tips dan Trik seputar Teknnologi Informasi
Minggu, 26 Februari 2012
Betharia Sonata - Hati Yang Luka
Berulang kali aku mencoba
s’lalu untuk mengalah
demi keutuhan kita berdua
walau kadang sakit
Lihatlah tanda merah di pipi
bekas gambar tanganmu
sering kau lakukan
bila kau marah menutupi salahmu
Samakah aku
bagai burung disana
yang dijual orang
hingga sesukamu
kau lakukan itu
kau sakiti aku
Kalaulah memang kita berpisah
itu bukan suratan
mungkin ini lebih baik
agar kau puas membagi cinta
Pulangkan saja
aku pada ibuku atau ayahku…
Dulu, segenggam emas
kau pinang aku…
Dulu, bersumpah janji
di depan saksi wow wow…
Namun semua hilanglah sudah
ditelan dusta wow wow…
Namun semua tinggal cerita
hati yang luka…
(Biar…,
biarkanlah ada duka malam ini
mungkin esok kan kau jelang
bahagia bersama yang lain)
Kalaulah memang kita berpisah
itu bukan suratan
mungkin ini lebih baik
agar kau puas membagi cinta
Pulangkan saja
aku pada ibuku atau ayahku…
Dulu, segenggam emas
kau pinang aku…
Dulu, bersumpah janji
didepan saksi wow wow…
Namun semua hilanglah sudah
ditelan dusta wow wow…
Namun semua tinggal cerita
hati yang luka…
Namun semua tinggal cerita
hati yang luka…
Rabu, 22 Februari 2012
Hari Itu
Aku masih ingat betul saat itul. Hari minggu jam setengah empat, aku berjalan dari rumahku di Tlogosari menuju Johar dengan berjalan kaki. Aku terus berjalan membawa tas yang berisi laptop, memang berat, tapi sudah menjadi suatu kesenangan sendiri bagiku untuk mendapatkan kesehatan, dan dapat memperhatikan lingkunganku dengan teliti.
Ketika aku sudah mencapai tujuanku, tepatnya di jembatan berok, aku menunggu bis yang menuju kota Ambarawa. Kalau tidak salah, aku tiba sekitar jam setengah lima. Disitu, aku terus memperhatikan desain arsitektur Kota Lama di Semarang. Memang terlihat seperti aslinya dengan pemugaran. Yang membuatku kagum adalah Gereja Blenduk di Kota Lama dan desain lampu di jembatan Berok. Aku membayangkan, bagaimana arsitektur ini dibuat, dan pertempuran yang ada di Semarang selama masa penjajahan dan kehidupan setelahnya. Aku berjongkok, kemudian terus melihat desain lampu itu. Hingga aku merasa haus. Aku kemudian mencari uang di tas, aku sempat panik karena tidak ada uang sama sekali di tasku. Ternyata setelah kucari-cari ada di saku bagian kananku. Mungkin kalian heran kenapa aku tidak memakai dompet untuk meletakkan uang. Sebenarnya, aku paling benci dompet, karena hilang satu berarti hilang semua.
Aku melihat sekitar mencari warung, dan setelah aku melihat warung, aku menghampiri warung itu. Beberapa langkah, ada yang memanggilku dengan siulannya. aku menoleh kearah siulan itu. Ternyata dia adalah seorang waria, aku melihat kemudian dia memanggilku dengan lambaian tangannya supaya aku mendekatinya. Aku menolak panggilan itu dengan isyarat tangan. Sebenarnya aku memang butuh teman untuk berbincang-bincang, tapi tidak dengan waria.
Aku heran, bagaimana dengan masa lalu mereka. Kenapa mereka bisa menjadi waria dan memilih pekerjaan seperti itu. Bagaimana mereka mendapatkan uang, bagaimana mereka hidup, dan bagaimana mereka menghadapi keluarga mereka yang pastinya menanggung malu mendapati anaknya bekerja sebagai waria. Atau mereka yang membenci takdir karena dilahirkan sebagai laki-laki dan bukan seorang perempuan.
Setelah aku membeli sebotol air minum, aku meneguk dan kembali ketempat dimana aku menanti bis. Aku pun dipanggil lagi supaya aku menemaninya, aku pun langsung bicara dari jauh,
"Aku menunggu bis."
Dia diam, dan mungkin tahu aku tidak mau bicara dengannya. aku terus melihat ke arah kanan, beberapa saat ada bis kecil yang menuju ke arah salatiga. Aku menaiki bis itu karena aku tahu, tempat itu adalah daerah rawan dimana para preman pasti ada ditempat itu, bukan hanya waria saja. Aku bersyukur karena sudah pergi dari tempat itu.
Masih pagi, aku lihat jam lima. Aku tidak sabar untuk pergi ke Ambarawa kemudian naik ke Bandungan untuk bertemu orang yang aku cinta. Dimana aku sudah berjanji tidak akan meninggalkannya dan selalu bersamanya. Selama di bis, aku memperhatikan beberapa penumpang selain aku. Dilihat dari barang bawaan dan penampilan mereka, aku memperkirakan mereka adalah pedagang, karyawan tekstil, dan tidak lupa seorang waria. Mungkin waria itu menuju ke Salatiga dan aku sangat yakin akan hal itu. Mengantuk, ingin tidur di bis, tapi aku tidak bisa karena takut ada orang yang berniat jahat untuk mengambil uangku disaat aku lengah selama aku tidur. Kemudian ada orang yang naik, dan duduk di sebelahku, aku perhatikan memang tidak ada niat jahat, tapi aku terus berjaga diri. Sekitar setengah jam, kami mulai membayar biaya tumpangan, aku membayar uang pas, di sebelahku membayar selembar uang dua puluh ribu rupiah.
Tapi entah kenapa kondekturnya tidak mau memberi uang kembalian kepada orang yang disebelahku. Sehingga orang yang disebelahku bicara agak keras,
"mas, kembaliannya mana?"
Kondekturnya diam tidak memperhatikan atau memang tidak mau memberi uang kembalian aku tidak tahu. Orang yang disebelahku pun protes dan mulai bicara kepadaku untuk mengeluarkan rasa jengkelnya kepadaku. Walaupun pembicaraannya mengagetkan bagiku karena bukan itu yang aku harapkan, tapi setidaknya aku senang ada yang bisa aku ajak berbincang untuk menghabiskan waktu.
Aku pun mulai meredakan emosinya dengan cara membiarkan dia mengeluarkan semua emosinya supaya dia tenang. Lalu aku mengatakan siapa tahu kondekturnya itu bisa juga belum mempunyai uang kembalian yang pas, atau kondekturnya yang terlalu sibuk memberi uang kembalian karena kondekturnya terus berteriak untuk menarik penumpang. Kemudian orang itu pun mulai tenang, kemudian aku tawarkan minuman, dia pun menolak. Akhirnya setelah menempuh jarak yang agak jauh, kondektur pun memberi uang kembalian. Aku pun mulai tenang, setidaknya tidak ada lagi yang ribut.
Setengah jam kemudian, aku tiba di terminal Bawen dan turun, aku sadar, tidak ada angkutan umum, untuk menuju ke Bandungan, maka aku berlari hingga pasar Ambarawa dan menemukan angkutan kuning. Aku pun naik dan tidak sabar lagi, apa yang dilakukan calon istriku, aku tahu dia pasti memasak, tapi masakan apa yang dia buat. Yang paling aku harapkan adalah, melihat dia senang karena aku ingin sekali dia selalu tersenyum untukku karena aku menemaninya sesuai permintaannya untuk datang kerumahnya hari itu pada saat pagi.
Setelah naik, aku turun di pasar Ngasem, kemudian berlari karena aku tidak sabar untuk menemui calon istriku sendiri. Dari kejauhan, aku melihat seorang bocah, aku tahu bocah itu adalah keponakannya, aku berhenti dan melambaikan tanganku dari kejauhan. Entah dia tidak tahu atau masih malu, dia pergi. Kemudian aku berjalan, dan melihat ibu dari calon istriku memanggil bocah itu dengan membawa seledri. Ibunya pun melihatku dan bicara
"Kok gasik men tekone?" (Kok awal banget datangnya?)
"Nggih bu, dijalok mangkat gasik" (Iya bu, diminta berangkat awal banget)
Aku tersenyum, karena memang aku suka tersenyum. Karena dengan senyum bisa menularkan orang lain untuk ikut tersenyum.
Aku berjalan menuju rumahnya dan aku melihatnya, sungguh sangat cantik sekali. Ya Allah, aku bersyukur bersamanya. Calon Istriku...
Bersambung....
Ketika aku sudah mencapai tujuanku, tepatnya di jembatan berok, aku menunggu bis yang menuju kota Ambarawa. Kalau tidak salah, aku tiba sekitar jam setengah lima. Disitu, aku terus memperhatikan desain arsitektur Kota Lama di Semarang. Memang terlihat seperti aslinya dengan pemugaran. Yang membuatku kagum adalah Gereja Blenduk di Kota Lama dan desain lampu di jembatan Berok. Aku membayangkan, bagaimana arsitektur ini dibuat, dan pertempuran yang ada di Semarang selama masa penjajahan dan kehidupan setelahnya. Aku berjongkok, kemudian terus melihat desain lampu itu. Hingga aku merasa haus. Aku kemudian mencari uang di tas, aku sempat panik karena tidak ada uang sama sekali di tasku. Ternyata setelah kucari-cari ada di saku bagian kananku. Mungkin kalian heran kenapa aku tidak memakai dompet untuk meletakkan uang. Sebenarnya, aku paling benci dompet, karena hilang satu berarti hilang semua.
Aku melihat sekitar mencari warung, dan setelah aku melihat warung, aku menghampiri warung itu. Beberapa langkah, ada yang memanggilku dengan siulannya. aku menoleh kearah siulan itu. Ternyata dia adalah seorang waria, aku melihat kemudian dia memanggilku dengan lambaian tangannya supaya aku mendekatinya. Aku menolak panggilan itu dengan isyarat tangan. Sebenarnya aku memang butuh teman untuk berbincang-bincang, tapi tidak dengan waria.
Aku heran, bagaimana dengan masa lalu mereka. Kenapa mereka bisa menjadi waria dan memilih pekerjaan seperti itu. Bagaimana mereka mendapatkan uang, bagaimana mereka hidup, dan bagaimana mereka menghadapi keluarga mereka yang pastinya menanggung malu mendapati anaknya bekerja sebagai waria. Atau mereka yang membenci takdir karena dilahirkan sebagai laki-laki dan bukan seorang perempuan.
Setelah aku membeli sebotol air minum, aku meneguk dan kembali ketempat dimana aku menanti bis. Aku pun dipanggil lagi supaya aku menemaninya, aku pun langsung bicara dari jauh,
"Aku menunggu bis."
Dia diam, dan mungkin tahu aku tidak mau bicara dengannya. aku terus melihat ke arah kanan, beberapa saat ada bis kecil yang menuju ke arah salatiga. Aku menaiki bis itu karena aku tahu, tempat itu adalah daerah rawan dimana para preman pasti ada ditempat itu, bukan hanya waria saja. Aku bersyukur karena sudah pergi dari tempat itu.
Masih pagi, aku lihat jam lima. Aku tidak sabar untuk pergi ke Ambarawa kemudian naik ke Bandungan untuk bertemu orang yang aku cinta. Dimana aku sudah berjanji tidak akan meninggalkannya dan selalu bersamanya. Selama di bis, aku memperhatikan beberapa penumpang selain aku. Dilihat dari barang bawaan dan penampilan mereka, aku memperkirakan mereka adalah pedagang, karyawan tekstil, dan tidak lupa seorang waria. Mungkin waria itu menuju ke Salatiga dan aku sangat yakin akan hal itu. Mengantuk, ingin tidur di bis, tapi aku tidak bisa karena takut ada orang yang berniat jahat untuk mengambil uangku disaat aku lengah selama aku tidur. Kemudian ada orang yang naik, dan duduk di sebelahku, aku perhatikan memang tidak ada niat jahat, tapi aku terus berjaga diri. Sekitar setengah jam, kami mulai membayar biaya tumpangan, aku membayar uang pas, di sebelahku membayar selembar uang dua puluh ribu rupiah.
Tapi entah kenapa kondekturnya tidak mau memberi uang kembalian kepada orang yang disebelahku. Sehingga orang yang disebelahku bicara agak keras,
"mas, kembaliannya mana?"
Kondekturnya diam tidak memperhatikan atau memang tidak mau memberi uang kembalian aku tidak tahu. Orang yang disebelahku pun protes dan mulai bicara kepadaku untuk mengeluarkan rasa jengkelnya kepadaku. Walaupun pembicaraannya mengagetkan bagiku karena bukan itu yang aku harapkan, tapi setidaknya aku senang ada yang bisa aku ajak berbincang untuk menghabiskan waktu.
Aku pun mulai meredakan emosinya dengan cara membiarkan dia mengeluarkan semua emosinya supaya dia tenang. Lalu aku mengatakan siapa tahu kondekturnya itu bisa juga belum mempunyai uang kembalian yang pas, atau kondekturnya yang terlalu sibuk memberi uang kembalian karena kondekturnya terus berteriak untuk menarik penumpang. Kemudian orang itu pun mulai tenang, kemudian aku tawarkan minuman, dia pun menolak. Akhirnya setelah menempuh jarak yang agak jauh, kondektur pun memberi uang kembalian. Aku pun mulai tenang, setidaknya tidak ada lagi yang ribut.
Setengah jam kemudian, aku tiba di terminal Bawen dan turun, aku sadar, tidak ada angkutan umum, untuk menuju ke Bandungan, maka aku berlari hingga pasar Ambarawa dan menemukan angkutan kuning. Aku pun naik dan tidak sabar lagi, apa yang dilakukan calon istriku, aku tahu dia pasti memasak, tapi masakan apa yang dia buat. Yang paling aku harapkan adalah, melihat dia senang karena aku ingin sekali dia selalu tersenyum untukku karena aku menemaninya sesuai permintaannya untuk datang kerumahnya hari itu pada saat pagi.
Setelah naik, aku turun di pasar Ngasem, kemudian berlari karena aku tidak sabar untuk menemui calon istriku sendiri. Dari kejauhan, aku melihat seorang bocah, aku tahu bocah itu adalah keponakannya, aku berhenti dan melambaikan tanganku dari kejauhan. Entah dia tidak tahu atau masih malu, dia pergi. Kemudian aku berjalan, dan melihat ibu dari calon istriku memanggil bocah itu dengan membawa seledri. Ibunya pun melihatku dan bicara
"Kok gasik men tekone?" (Kok awal banget datangnya?)
"Nggih bu, dijalok mangkat gasik" (Iya bu, diminta berangkat awal banget)
Aku tersenyum, karena memang aku suka tersenyum. Karena dengan senyum bisa menularkan orang lain untuk ikut tersenyum.
Aku berjalan menuju rumahnya dan aku melihatnya, sungguh sangat cantik sekali. Ya Allah, aku bersyukur bersamanya. Calon Istriku...
Bersambung....
Sabtu, 18 Februari 2012
Pikiranku
Aku tidak tahu apa yang ada dalam pikiranku saat ini. Yang aku inginkan saat ini adalah menulis untuk mengosongkan pikiranku dan berharap menemukan apa yang terselubung dari pikiran yang tidak jelas. Aku masih ingat kemarin bagaimana aku berusaha untuk rujuk dengan kekasihku, walau aku tahu, setiap kata hanya akan menjadi beban dikemudian hari dan akan selalu terulang.
Mungkin benar apa yang banyak orang katakan:
Kalau memang wanita ingin di mengerti, lalu bagaimana dengan pria? Bisa juga ini sudah menjadi takdir seorang pria untuk benar-benar memahami wanita dengan teliti, melindunginya dan kesiapan untuk mengorbankan apa yang perlu dikorbankan.Tapi tetap saja ada satu hal yang sampai sekarang tidak bisa aku mengerti. Kenapa wanita sangat sulit untuk mengatakan apa yang paling di inginkan? Bukankah komunikasi yang buruk dapat menyebabkan masalah yang lebih besar? Setiap kali apa yang kita (pria) katakan, belum tentu dapat dipahami betul apa yang ingin kita sampaikan kepada wanita sehingga akan salah arti dan tidak mengenai tujuan apa yang kita maksud.
Ambil contoh saja, apabila kita (pria) menginginkan kepada wanita supaya tidak membuat kecewa pastilah wanita mengiyakan. Padahal banyak sekali maksud supaya kita benar-benar tidak kecewa. Atau mungkin pikiran kita (pria) yang terlalu banyak menuntut kepada wanita sehingga akan terjadi pembangkangan. Kemudian wanita akan mengatakan "Emang kamu siapa? Suamiku aja bukan kok udah banyak ngatur!" Terkadang perkataan seperti itu yang akan menimbulkan masalah yang lebih besar lagi, mungkin juga karena ego, pikiran kita yang picik, atau nalar yang tidak sanggup untuk memahami itu semua.
Sifat yang terbuka memang penting, tapi apakah kita sanggup untuk menerima keterbukaan itu? Apabila kita dikatakan: "Sebenarnya aku temenan ma kamu itu karena kasihan."
Sifat terbuka memang penting dan ada baiknya bila kita memandang baik keterbukaan itu sebagai wujud koreksi diri supaya kita menjaga sikap dan berusaha lebih baik dari sebelumnya.
Lalu bagaimana pendapat apa yang ada didalam pikiran kalian (wanita)?
Mungkin benar apa yang banyak orang katakan:
"Wanita sulit dimengerti."Tiga kata yang sudah mencerminkan sifat wanita.
Kalau memang wanita ingin di mengerti, lalu bagaimana dengan pria? Bisa juga ini sudah menjadi takdir seorang pria untuk benar-benar memahami wanita dengan teliti, melindunginya dan kesiapan untuk mengorbankan apa yang perlu dikorbankan.Tapi tetap saja ada satu hal yang sampai sekarang tidak bisa aku mengerti. Kenapa wanita sangat sulit untuk mengatakan apa yang paling di inginkan? Bukankah komunikasi yang buruk dapat menyebabkan masalah yang lebih besar? Setiap kali apa yang kita (pria) katakan, belum tentu dapat dipahami betul apa yang ingin kita sampaikan kepada wanita sehingga akan salah arti dan tidak mengenai tujuan apa yang kita maksud.
Ambil contoh saja, apabila kita (pria) menginginkan kepada wanita supaya tidak membuat kecewa pastilah wanita mengiyakan. Padahal banyak sekali maksud supaya kita benar-benar tidak kecewa. Atau mungkin pikiran kita (pria) yang terlalu banyak menuntut kepada wanita sehingga akan terjadi pembangkangan. Kemudian wanita akan mengatakan "Emang kamu siapa? Suamiku aja bukan kok udah banyak ngatur!" Terkadang perkataan seperti itu yang akan menimbulkan masalah yang lebih besar lagi, mungkin juga karena ego, pikiran kita yang picik, atau nalar yang tidak sanggup untuk memahami itu semua.
Sifat yang terbuka memang penting, tapi apakah kita sanggup untuk menerima keterbukaan itu? Apabila kita dikatakan: "Sebenarnya aku temenan ma kamu itu karena kasihan."
Sifat terbuka memang penting dan ada baiknya bila kita memandang baik keterbukaan itu sebagai wujud koreksi diri supaya kita menjaga sikap dan berusaha lebih baik dari sebelumnya.
Lalu bagaimana pendapat apa yang ada didalam pikiran kalian (wanita)?
Jumat, 17 Februari 2012
Iblis dan Pria
Suatu saat dia bertemu seorang pria, ketika iblis ingin memakannya, pria itu berkata,
"Kamu tidak akan menjadi manusia walaupun banyak memakan hati manusia!"
Iblis pun menjawab, "Lalu apa yang harus kulakukan?"
Kemudian sesaat sebelum pria itu ingin menjawab, banyak orang berkerumun kemudian menangkap iblis dan iblis pun di ikat.
Pria itu pun membelanya, "Jangan di hukum, dia ingin menjadi manusia"
"Tidak apa, dia manusia dan akan dihukum sebagai manusia"
Didepan banyak orang setelah diberi keterangan kenapa iblis di hukum, akhirnya iblis dipenggal kepalanya kemudian mati.
Apakah iblis itu menjadi manusia?
Selasa, 14 Februari 2012
Merubah Sesuatu
H! pembaca!!!
maaf kalau aku baru membuat postingan sekarang setelah sekian lama gak komen... makasih yang udah dorong aku untuk ngeblog lagi melalui fesbuk, email ataupun sms... tapi heran juga ya, kok kalian pada gak ikut komen???
Akhir-akhir ini aku banyak berpikir,bagaimana caranya menggugah pikiran seseorang supaya dia tahu sebenarnya apa yang dia lakukan semua adalah salah.
Sejujurnya aku sendiri juga kewalahan, kenapa dia begitu keras kepala dan sangat bodoh:no: sebenarnya tidak hanya seorang, tetapi juga banyak orang yang ada dalam organisasi yang aku ikuti....
Sebenarnya sih hampir frustasi dan ingin balik kanan tidak mau mengurus organisasi kembali:left:
Tapi aku sendiri juga tidak tega dengan anggota baru apabila aku meninggalkan mereka kemudian tidak memberi materi apa-apa, bisa-bisa tidak ada kemajuan:
Kemudian aku melakukan suatu cara yang sebenarnya bisa dianggap jahat:devil: merepotkan,
bikin frustasi:yikes: , tetapi juga hasilnya sangat teratur.
Aku berpikir untuk memberi materi yang benar kepada anggota baru hingga mereka bisa membedakan mana ajaran yang salah dan mana ajaran yang baru.
Yaitu dengan memberikan instruksi yang tepat dan dekat dengan mereka supaya terlihat akrab, dan aku bisa tahu apa yang mereka inginkan dan juga sebaliknya.
Memang tidak semudah membalik telapak tangan untuk merubah sesuatu karena harus dimulai dari yang kecil dulu,tetapi setidaknya hasilnya akan berbuah manis seperti yang diharapkan.
Dan juga, pacarku selalu mendukungku, terlebih dia juga memberikan solusi yang cukup membantu:love:
Doakan aku semoga berhasil ya teman-teman
maaf kalau aku baru membuat postingan sekarang setelah sekian lama gak komen... makasih yang udah dorong aku untuk ngeblog lagi melalui fesbuk, email ataupun sms... tapi heran juga ya, kok kalian pada gak ikut komen???
Akhir-akhir ini aku banyak berpikir,bagaimana caranya menggugah pikiran seseorang supaya dia tahu sebenarnya apa yang dia lakukan semua adalah salah.
Sejujurnya aku sendiri juga kewalahan, kenapa dia begitu keras kepala dan sangat bodoh:no: sebenarnya tidak hanya seorang, tetapi juga banyak orang yang ada dalam organisasi yang aku ikuti....
Sebenarnya sih hampir frustasi dan ingin balik kanan tidak mau mengurus organisasi kembali:left:
Tapi aku sendiri juga tidak tega dengan anggota baru apabila aku meninggalkan mereka kemudian tidak memberi materi apa-apa, bisa-bisa tidak ada kemajuan:
Kemudian aku melakukan suatu cara yang sebenarnya bisa dianggap jahat:devil: merepotkan,
Aku berpikir untuk memberi materi yang benar kepada anggota baru hingga mereka bisa membedakan mana ajaran yang salah dan mana ajaran yang baru.
Yaitu dengan memberikan instruksi yang tepat dan dekat dengan mereka supaya terlihat akrab, dan aku bisa tahu apa yang mereka inginkan dan juga sebaliknya.
Memang tidak semudah membalik telapak tangan untuk merubah sesuatu karena harus dimulai dari yang kecil dulu,tetapi setidaknya hasilnya akan berbuah manis seperti yang diharapkan.
Dan juga, pacarku selalu mendukungku, terlebih dia juga memberikan solusi yang cukup membantu:love:
Doakan aku semoga berhasil ya teman-teman
Langganan:
Postingan (Atom)